
Di tempat tertentu, dimana tanah dan orang-orangnya berparas teduh, seolah memanggil hujan karena terbiasa.
Jika tak datang, rindu rasanya. Ingin berteduh sembari menikmati teh jahe yang dipanaskan dari tungku.
Api yang wangi, merekah juga senyuman dengan gerakan yang syahdu. Kau mau tahu, dimana lagi tempat yang teduh?
Hangatnya manusia, tidak harus dengan api untuk menyala. Tidak juga berdentum kata-katanya. Biar saja arus sungai yang melakukannya, terdengar lebih merdu.
Hangatnya manusia, bagai angin sepoi yang tidak kurasakan, karena hujan ini hadiah dari langit, untuk pemandangan yang bersama diciptakan dengan tanah. Udara sejuk pun tidak setara dengan getarannya.
Tapi coba kau tarik indera-inderamu. Hangatnya manusia adalah rasa yang membuatku tahu segala-galanya.
Desember 2020